(Foto by: m.aktualpost.com)
Ya, Kota Bandung kini telah menerapkan plastik berbayar
sejak 21 Februaru 2016. Kebijakan tersebut sesuai dengan Surat Edaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 tentang
Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar. Penerapan ini dilakukan
di 23 kota besar di Indonesia.
Tentu bagi para penggiat lingkungan kebijakan ini disambut
dengan baik, mengingat Indonesia merupakan negara No. 1 di dunia dengan
penghasil sampah plastik terbanyak, setelah Tiongkok (RRI Pro 2 FM). Berdasarkan hasil penelitian pusat, dalam satu hari,
setiap orang dapat menggunakan tiga kantong plastik. Dengan data jumlah
penduduk 2,5 juta, volume per harinya bisa sampai 7,5 juta plastik. Volume sampah
di Kota Bandung sendiri saat ini mencapai 1.500 ton per harinya (Republika, 20-02-2016).
Sejarah telah tercipta di negeri ini, khusunya di Kota
Bandung, dengan harapan kebijakan tersebut dapat membawa kearah yang lebih
baik. Seperti visi dari program pemerintah Indonesia bebas sampah 2020. Tentu kita
harus menyambut baik kebijakan tersebut.
Namun banyak kalangan yang menilai dengan penerapan plastik
berbayar dengan tarif Rp 200,- per plastik masih dianggap belum signifikan
untuk merubah kebiasaan masyarakat mengganti tempat belanjanya dengan yang
lebih ramah lingkungan. Seperti halnya Pak Ahok (Gubernur Jakarta) yang masih
ingin menaikan harga plastik berbayar menjadi Rp 5000,- namun masih dipastikan
agar tidak bertentangan dengan aturan pusat.
Pertaturan plastik berbayar yang di berlakukan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak berlaku di pasar tradisional (Liputan 6). Tentu kita semua berharap
perlahan tapi pasti, masyarakat akan sadar akan bahayanya sampah plastik. Seperti
kutipan dari Adji di (Kompas, 21 Feb 2016),
ia mengungkapkan ada banyak dampak buruk penggunaan plastik. Pertama, plastik
baru dapat terurai ratusan hingga ribuan tahun. Kedua, plastik mengandung zat
kimia yang menyebabkan polusi tanah. Terakhir, plastik keresek tidak bisa
didaur ulang. "Sudah saatnya warga
berpikir bisa bikin plastik dari tepung tapioka yang biogradeable, itu
bisa hancur tapi harganya lebih mahal. Intinya kami mengajak warga, ayo
berubah, kurangi sampah dan gunakan kantong plastik yang ramah
lingkungan," ajaknya. (Bandung, 2016).***